Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Adib Mawardi

TERVERIFIKASI

Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Memahami Motif Kompasianer yang Menjadi Follower dari Akun Kita

Diperbarui: 21 Agustus 2020   01:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: ijmaki (Pixabay) 

Menurut saya, jika ada Kompasianers yang menjadi pengikut (followers) dari akun kita, belum tentu itu dikarenakan mereka nge-fans dengan tulisan-tulisan kita. 

Terutama jika yang menjadi followers itu adalah Kompasianers yang telah berpangkat centang biru, berstatus sebagai penjelajah, maniak, atau senior (saya tidak menyebut status maestro sebab belum menemukan Kompasioner yang telah mencapai derajat ini. Barangkali Pak Tjip dalam waktu yang dekat ini bisa mencapainya dengan 10.000 artikel untuk Indonesianya, misalnya). 

Sebagai Kompasianer beginner (debutan), awal kali saya menulis di sini cukup kaget, lantaran artikel yang saya poskan di sini ternyata mendapat pembaca yang cukup banyak. Bahkan, diantara penge-view itu tidak hanya sekadar membaca, mereka juga memberi nilai dan berkomentar yang positif pada tulisan saya. 

Setelah saya menelusuri siapa saja yang membaca, memberi rating, dan berkomentar pada tulisan saya ini, saya pun bertambah kaget, sebab diantara mereka adalah Kompasioner yang sudah 'berdarah' biru. Sebuah 'gelar bangsawan' yang disematkan oleh Kompasiana bagi siapa saja yang menulis dengan baik dan produktif pada platform ini. 

Kekaguman saya pada Kompasianers ini tidak cukup berhenti sampai di sini. Saya juga dibuat terkagum-kagum manakala mengetahui bahwa Kompasianers yang menilai tulisan saya adalah opa-opa dan oma-oma yang begitu produktif menulis di sini. Saya melihat artikel mereka, ada yang berjumlah ratusan dan ada pula yang jumlahnya menyentuh angka ribuan. 

Jiwa muda saya seakan tertantang dan kian menggelora setelah melihat produktivitas beliau-beliau ini. Apalagi, diantara mereka ada yang menantang dengan kalimatnya, "Kompasianer milenial jangan mau kalah sama kami yang sudah generasi boomers".

Sebuah kalimat yang bernada tantangan sekaligus mengandung inspirasi bagi siapa saja untuk menjadi penulis produktif. 

Kepada beliau-beliau yang telah 'menantang' kami ini saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya. Semoga Anda semua diberi umur yang panjang dan produktivitas dalam menulis agar tetap menjadi inspirasi bagi kami, para penulis debutan (yang kelak, mungkin saja akan menyusul produktivitas Anda). 

Selain membaca dan memberi rating pada karya saya, diantara blue Kompasioner itu ada juga yang mengikuti akun saya. Saya pun menjadi penasaran dan berkaca pada diri saya sendiri, apakah tulisan saya sudah cukup pantas untuk diikuti oleh senior saya. 

Saya merenungkan hal ini. Dan nurani saya pun menjawab pada sebuah kesadaran, belum. Nurani saya membisiki, mereka tidak mengikuti saya karena tulisan-tulisan saya yang kelasnya partikelir itu, namun mereka mem-follow saya sebab ingin berteman dengan saya. Itu saja. Tidak lebih. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline