Lihat ke Halaman Asli

Taryadi Sum

TERVERIFIKASI

Taryadi Saja

Mudik Dibedakan Arti dengan Pulang Kampung, Siapa Peduli?

Diperbarui: 23 April 2020   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada-ada saja dengan presiden kita ini. Di tengah pandemi  corona yang angka statistik kematiannya terus melaju dan disertai ribuan PHK yang akan menimbulkan kerawanana social, presiden malah bikin pernyataan menggelikan.

Ya, menggelikan kalau dikaitkan dengan tujuannya untuk menghambat penularan virus akibat pergerakan orang dari kota ke desa.  

Lain cerita jika klarifikasi "keterlambatan" yang disampaikan di acara TV itu  dijawab dengan "yang terlanjur pulang sudahlah, kita tahan saja yang belum dan jumlahnya jauh lebih banyak". Itu lebih elegan dan saya yakin tidak akan jadi guyonan. Secara hati nurani sayapun tidak rela RI-1 jadi bahan guyonan rakyatnya.

Siapa peduli dengan istilah, rakyat maunya mudik atau pulang kampung karena sudah menjadi budaya sejak lama. Sebagian rakyat jugasadar kalau mudik atau pulang kampung dapat mempercepat penularan covid-19 yang mengguncang dunia itu sehingga meski mau mudik  tetapi bisa menahan diri untuk tidak pergi karena khaewatir kalau saudara atau orang tua bisa tertular.

Baiknya, sebagai pemimpin tertinggi negeri ini lebih fokus memikirkan PSBB yang berdampak pada hilangnya mata pencaharian banyak orang melalui solusi nyata. Atau menyelesaikan masalah kartu prakerja yang dipaksa dirilis di tengah hilangnya jutaan lapangan kerja.

Saya yakin, tidak ada yang akan menggugat kata mudik dibeda artikan dengan pulang kampung. Itu masalah remeh temeh bagi rakyat yang tidak tahu apa yang akan terjadi minggu depan atau bulan depan.

Banyak meme yang beredar, lebih sekedar hiburan dan sedikit tersenyum di tengah ancaman wabah dan ancaman krisis ekonomi

Semoga saja ini yang terakhir. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline