Presiden Jokowi marah besar di muka publik karena ekspor Indonesia beberapa tahun diangap stagnan, seperti yang disiarkan berbagai media televisi. Ia membandingkan 200 juta penduduk Indonesia tidak bisa apa-apa sehingga kalah statistik ekspornya dibanding negara-negara lain yang penduduknya lebih kecil.
Pertanyaannya pada siapa kemarahan itu disampaikan..? ke masyarakat yang 200 juta lebih kah? ke menteri perdagangan kah? atau ke dirinya sendiri karena ternyata kabinet kerja, kerja, kerja yang dia bentuk telat bekerja.
Masyarakat, termasuk saya tentunya, malah bingung kalau ujug-ujug dimarahi presiden. Kalau tidak marah ke rakyat, janganlah membawa-bawa penduduk yang 200 juta lebih itu.
Kalau marah ke menteri, marahlah di sidang kabinet. Toh menteri-menteri itu pilihan bapak sendiri dan bisa memecat mereka kapan saja. Mungkin ada bagusnya introspeksi saja mengapa memilih si A dan si B yang ternyata tidak mampu bekerja. Pecat saja mereka dan ganti dengan yang baru, kalau salah pilih lagi, pecat lagi... salah pilih lagi, pecat lagi. Nggak apa-apa kalau memang itu yang terbaik untuk negeri ini.
Btw.....Statistik ekspor tentunya bukan satu-satunya indikator kemajuan bisnis Indonesia. Penduduk 200 juta itu adalah pasar yang sangat-sangat potensial. Apa salahnya jika produk itu dijual di dalam negeri.
Jadi..... gimana ini teh atuh...????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H