Lihat ke Halaman Asli

Taryadi Sum

TERVERIFIKASI

Taryadi Saja

Arung Jeram Citarik, Makin Lama Makin Menggemaskan

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13517600441343844640

Rabu, 31 Oktober 2012 kemarin, kantor saya mengadakan acara refreshing dengan salah satu acaranya arung jeram di Citarik. Kegiatan itu jelas menarik minat semua pegawai di tengah kejenuhan bekerja sepanjang waktu.

[caption id="attachment_221079" align="aligncenter" width="505" caption="Tim arung jeram perusahaan kami sesaat sebelum naik pickup ke hulu. Penulis kedua dari kanan posisi berdiri."][/caption]

Sebelum memulai perjalanan, kami dibagi regu dulu dengan satu perahu terdiri dari 4 orang yaitu 1 pemandu dan 3 penumpang. Konon perahu tersebut hanya diisi 4 orang saja karena airnya lagi kecil agar tidak mudah kandas. Saya mendapat pemandu yang bernama Kang Nandang.

Sesaat sebelum muali perjalanan, Kang Nandang memberikan beberapa instruksi kepada kami mengenai bagaimana cara mendayung, kapan harus pindah duduk ke tengah dan apa yang tidak boleh kami lakukan. Meskipun saya merasa memahami cara-cara mendayung dan sejak kecil sudah familiar dengan sungai, saya diam saja dan menuruti penuh apa yang diperintahkan sang pemandu.

Setelah melalui beberapa jeram kecil, saya melihat jeram berikutnya masih sekitar 10 meter di depan. Saya menaruh dayung pada posisi tertentu untuk mencoba membelokkan arah perahu karet itu, dan berhasil sesuai dengan yang saya inginkan. Yang saya lalukan sebenarnya hanyalah mencoba mengaplikasikan pengetahuan saya tentang arus bawah air sungai dengan melihat kondisi permukaanya.

Namun tiba-tiba saya ditegur oleh pemandu itu untuk diam tidak melakukan apa-apa jika tidak diberi instruksi. Sayapun menghentikan tindakan itu. Saya tahu, secara teknis keselamatan kami ada di tangannya. Meskipun saya sudah pandai mengemudikan perahu sejak kecil dan bisa mengemudikan speedboat, saya tidak boleh menganggap ini hal sepele dan menyombongkan diri.

Sekitar 20 sejak keberangkatan, kami menemukan aliran tanpa riam yang cukup panjang (sekitar 50 meter). Menurut pengetahuan sungai yang saya miliki, aliran di dalamnya kemungkinan tenang dan dasar sungainya cukup datar dan agak dalam. Sayapun meminta izin sang pemandu untuk mencoba nyemplung ke air tersebut untuk sedikit berenang-renang. Dan ia mengijinkannya.

Karena dugaan saya airnya agak dalam, saya nyemplung dengan menggulingkan diri dari posisi duduk disamping perahu. Maka yang masuk duluan adalah kepala saya diikuti oleh badan dan terakhir kaki, seperti posisi salto. Tenyata dalamnya hanya sekirar 1,5 meter saja.

Setelah setengah perjalanan yang katanya totalnya 9 km, kami istrirahat dulu sejenak di camp milik perusahaan event organizer yang kami gunakan tersebut. Saya makin gemas saja untuk mencoba tantangan memegang kemudi perahu karet itu, tetapi tidak diperbolehkannya.

[caption id="attachment_221080" align="aligncenter" width="576" caption="Melewati salah satu riam. Bebas terikak sepuasanya"]

13517601532027533875

[/caption]

Dalam hati, saya sempat berharap semoga saja setengah perjalanan berikutnya jeramnya semakin liar sehingga perjalanannya semakin seru. Tapi ternyata tidak, semuanya biasa-biasa saja sehinga kegemasan saya untuk memegang kendali perahu itu menggoda terus sampai perjalanan berakhir.

Duh, belum juga capeknya hilang, udah pengen nyoba lagi…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline