Lihat ke Halaman Asli

Taryadi Sum

TERVERIFIKASI

Taryadi Saja

Tahu Sumedang, Kriuk di luar Lembut di dalam

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika anda berkunjung ke Sumedang, tentu anda akan melihat deretan kios dan toko yang menjual tahu sumedang. Si kotak kuning lezat ini sudah sejak lama menggoda setiap pengunjung kota kecil yang berjarak sekitar 50 km sebelah timur Kota Bandung ini untuk singgah, melahap dan menenteng keranjangnya. Sangat boleh jadi,jika mendengar nama Sumedang, yang pertama muncul di benak orang adalah ”tahu” dibanding dengan nama sebuah kabupaten di Jawa Barat. Kenyatannya memang demikian, di luar Jawa Barat, tahu sumedang lebih dikenal dari pada kota Sumedang itu sendiri.

Bila anda belum pernah menikmati makan tahu panas-panas yang dicocolkan ke sambal tomat, silahkan singgah di Sumedang. Makanan seharga 500 rupiah per buah itu pasti membuat anda lupa, berapa banyak yang telah anda makan. Maka beberapa restoran tahu biasanya melayani konsumennya dengan cara sajian masakan padang, kita tidak usah repot-repot mengingat berapa buah yang telah mengalir ke dalam kerongkongan, tetapi mereka sendiri yang akan menghitung berapa banyak yang tersisa.

Rasa tahu sumedang juga sangat unik. Orang bisa saja meniru bentuk, tetapi tidak dengan rasa. Penulis yang lahir dan dewasa di kawasan tersebut sangat hapal dengan rasa makanan yang terbuat dari saripati kedelai tersebut. Suatu ketika, Penulis pernah singgah di restoran Tahu Sumedang di Martapura, Kalimantan Selatan untuk sekedar mencicipi rasanya. Memang tidak jauh dari sangkaan jika akan berbeda dengan di Sumedang. Demikian juga di Bogor, meskipun terdapat puluhan pabrik tahu sumedang, rasanya tidak ada satupun yang persis dengan tahu yang berasal dari bekas Kerajaan Sumedang Larang tersebut.

Pak Oyo, pengusaha tahu kuning asal Sumedang di Ujung Berung Bandung pernah mengatakan kepada saya bahwa ia sebenarnya ingin membuat tahu Sumedang di Bandung, tetapi rasanya tidak pernah bisa sama sehingga ia tidak memaksakan diri untuk memproduksinya. Padahal konsumen tahu Sumedang di Bandung mungkin tidak akan pernah habis.

Berdasarkan penelusuran sederhana oleh penulis, konon yang membuat perbedaan rasa tahu sumedang dengan tahu putih lain terletak pada air. Pasokan air Kota Sumedang sendiri berasal dari Cimalaka, tepatnya kampung Cikandung yang berjarak beberapa kilometer di sebelah barat Kota Cimalaka.

Jika lebaran tiba, arus mudik memacetkan jalan, makanan kecil inipun memacetkan lalulintas. Posisi Kota Sumedang yang berada antara  Cirebon Bandung ini pasti akan dilintasi oleh setiap kendaraan yang akan melalui jalur ini. Baunya yang membuat perut keroncongan dapat menghentikan hampir seluruh kendaraan yang lewat. Jika kendaraan satu kendaraan membutuhkan setengah menit untuk keluar-masuk tempat makan tahu itu, maka tidak aneh jika setiap lebaran macetnya sampai belasan kilometer sampai melewati Cadas Pangeran.

Yah, meskipun penulis sudah sejak kecil merasakan kenikmatan tahu tersebut, namun setiap saat tahu itu mengundang kerinduan tersendiri. Setiap kami sekeluarga mudik, sayalah yang paling antusias menyerbu Tahu Palasari tersebut dibanding dengan istri dan anak-anak yang tidak lahir dan dibesarkan di sana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline