Pertanyaan tersebut disampaikan seorang teman kepada saya setelah sekian lama kami tak bertemu. Munculnya pertanyaan itupun setelah kami membandingkan perilaku kedua anak cikal kami yang sama-sama laki-laki dan duduk di bangku SMA tetapi memiliki sikap dan perilaku berbeda. Kami berdua sangat dekat sehingga segala sesuatu baik baik atau jelek, selalu kami saling terus terang.
Anak saya duduk di kelas 1 SMA Negeri, jadi pengurus OSIS dan DKM sekolah, masuk tim olimpiade sekolah dan tidak pernah protes terhadap apa yang diberikan orang tua untuk kebutuhannya. Hape yang digunakannya pun standar hanya bisa telpon dan SMS. Sedangkan anaknya teman saya, kelas 3 SMK Swasta, selain nilainya tidak bagus, sudah 1 kali dikeluarkan sekolah dan di sekolah barunya sudah hampir dikeluarkan juga karena kerap membolos. Mengenai keseharian, ia juga menuntut pakaian dari merk-merk terkenal dan hape blackberry yang setiap beberapa bulan minta diupdate.
Namun sampai kami berpisah, saya tidak bisa membantu menganalisa permasalahan anaknya karena rasanya kami menggunakan metode yang sama dalam membesarkan anak. Kami juga berada dalam taraf ekonomi yang relatif sama yang tidak mampu membelikan sesuatu yang berlebihan bagi anak. Dari segi suasana rumah, kami sama-sama berada dalam keluarga yang cukup kondusif.
Mengenai pengaruh lingkungan luar, saya tidak begitu yakin karena justru saya sendiri yang ketika usia tersebut berada di lingkungan anak teman tersebut berada. Di tempat akan saya sekarang juga saya kira tidak jauh berbeda.
Karena perlakuan terhadap anak relatif sama, setelah dia pulang, saya coba mencari factor X yang mungkin berbeda. Satu perbedaan yang berbanding lurus ternyata saya temukan pada kebiasaan saya dan teman saya sebagai orang tuanya yang juga berbeda.
Kalau sedikit lebih, saya memilih mengupdate computer, membelikan anak-anak buku atau melengkapi kebutuhan dalam rumah untuk menyamankan rumah kecil kami. Hape saya hanya diganti ketika rusak sehingga anak saya juga tidak pernah minta hape baru sebelum hapenya rusak. Saya membelikan anak saya sepeda yang cukup bagus sehingga minggu-minggu kami bisa gowes bareng, gitar yang bagus agar tidak ketinggalan pergaulan dan netbook untuk menunjang pendidikannya.
Sedangkan teman saya, sebentar-sebentar mempercantik mobilnya dengan tambahan assecoris dan hapenya sering diupdate. Hobbynya memancing kadang-kadang membuatnya lebih asyik sehingga waktu dia untuk keluarganya lebih sedikit. Ia juga sering mengupdate gadget anaknya sehingga tetap modis.
Ketika saya bertanya “apakah ia mengerti Teori Phitagoras..?. Teman saya bilang bahwa ia tidak pernah mengecek kemampuan akademiknya. Itu sangat berbeda dengan saya yang selalu memeriksa perkembangan akademiknya dan selalu berkonsultasi dengan guru sekolah atau guru lesnya mengenai perkembangan hal tersebut.
Apa itu bisa jadi factor penyebabnya….?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H