Lihat ke Halaman Asli

Kami Lupa Luka

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

sederet opium dari corong bernama orasi penyesatan dari akrononim politik, kesadaran hanya sebatas kepingan toxic yang menempel diantara katupan bibir

seberapa parah kebringasan atas nama syiar hanyalah kritik dari jeroan dan ati ampela ayam dalam kuah soto. " kalian hanylah barcode dari sebuah produk terorganisir"

dari segala pencapaian dan pengharapan atas nama "ratu adil" hanyalah empiris senyap dari segala kesunyian atas nama idiologi hidup yang kian tersudut

oleh kegarangan dan kerakusan yang melekat seperti kontrol radio dalam corong indepedent. dan kami tetaplah garda terdepan yang mengatasnamakan "relawan"

aturan agama adalah makrifat dari perang gelap para satyr yang mengoplos menjadi referensi penyesatan tetang ketuhanan dan kemanusian.

membolak balik liturgi dari kekosongan yang terus kami cari

dan kami tak sadar bahwa kami "luka' dan kami lupa untuk itu dan terus berperang diantara darah saudara kami. kami lupa dan luka dan mereka adalah penawarnya

segelitir pengharapan senyap yang tak mungkin kami dapati seperti apa yang disebut remahan benalu dari pohon keluarga untuk

membentuk tirani dan kesombongan kekuasaan tetap tertinggal dan tenggelam. karena keputusasaan adalah takdir dari berjuta kepala

mengharapkan tarap kesejahteraan..dan luka luka luka kami lupa luka..luka..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline