Lihat ke Halaman Asli

Membaca Manuver Politik Soetrisno Bachir

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Soetrisno Bachir memang sudah tidak lagi memimpin partai, sebagaimana pemilu 2009 yang lalu. Namun tidak berarti SB, demikian sapaan akrabnya, sama sekali tak akan berperan dalam pemilu 2014 ini. Setidaknya itulah yang tersirat dalam pidatonya ketika membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PKB-PII), Jum'at (28/2) malam di Hotel Sultan, Jakarta.

"Saya sudah tidak menjadi pengurus partai politik, tapi tak berarti saya tidak berpolitik!" tegas SB. Tentu saja, sekitar 500an orang yang hadir dalam acara tersebut tersentak mendengarnya. Apalagi saat itu hadir juga mantan Wapres dan mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kala (Ketua Dewan Kehormatan PP PKB-PII), mantan Meneg BUMN Tanri Abeng (Ketua Dewan Pertimbangan), mantan Menpera dan tokoh PKS M Yusuf Ashari (anggota Dewan Pertimbangan), Ketua MUI yang juga Waketum DPP PBB K.H. Cholil Ridwan (Waketum PP PKB-PII), Wakil Ketua Komisi II DPR RI dari PAN A. Hakam Naja, Ketua DPP Partai Hanura Syaefunnur Maszah, Sekjen DPP Partai Gerindra Ahmad Muzani, pengamat politik Fachri Ali dan caleg-caleg lintas partai. Pernyataan tokoh yang dikenal dengan slogan "Hidup adalah Perbuatan" ini, seketika membangkitkan penasaran dan memicu kasak-kusuk hadirin mencoba menggali rumor politik aktual.

Dalam berbagai kesempatan SB memang sering melontarkan pernyataan minor tentang partai politik. Saat mengakhiri tugasnya sebagai Ketua Umum DPP PAN dengan membuka Kongres III PAN di Batam, 7 Januari 2010, SB bukannya menyampaikan pidato, tapi malah membaca puisi mengungkapkan kegundahan hatinya terhadap kondisi paradoks dari partai yang dipimpinnya. Salah satu kalimat puitisnya sangat fenomenal cukup mengagetkan para peserta kongres "... Aku merasa kedinginan di tengah pijar matahari, ..." Kalimat ini mengingatkan pada istilah "membeku di matahari terik" dalam puisi penyair Dorothea Rosa Herliany yang berjudul "Banyak Simpang, Kota Tua: Melankolia"

Belakangan SB bahkan memberikan istilah "jaman jahiliah" saat menyebut masa-masa dirinya memimpin partai. Hal ini berulangkali disampaikannya dalam berbagai pertemuan PKB-PII, wadah alumni PII yang dipimpinnya setelah terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional (Munas) IV PKB- PII, di Balikpapan, 7-10 Oktober 2011. Lalu berpolitik seperti apa yang dimaksudkan oleh SB sebenarnya?

Sewaktu masih memimpin DPP PAN, SB berbeda dengan ketua umum partai lainnya yang bersedia menduduki jabatan menteri. Meskipun peluang itu ada, tak ada minat SB sedikitpun untuk menjadi menteri. Sementara Hatta Rajasa, yang menggantikan kedudukannya, bahkan dua periode penuh menjadi anggota kabinetnya SBY.

Demikian juga untuk duduk di kursi legislatif. Sepertinya SB juga merasa di situ bukan tempatnya. Walaupun Amien Rais pendahulunya pernah menjadi Ketua MPR RI. Hal itu terbukti ketika dalam pemilu 2009 lalu, SB tidak ikut menjadi caleg. Padahal selama periode kepemimpinannya, SB merupakan satu-satunya ketua umum partai yang rajin turun ke daerah dan rajin melakukan konsolidasi. Karena itu publik hanya bisa meraba-raba, apa sebenarnya target SB saat menjadi Ketua Umum DPP PAN. Publik semakin dibuat penasaran saat SB yang sudah lengser dari kepemimpinan partai dan memimpin PKB-PII menyatakan tetap berpolitik.

Seperti saat memimpin PAN, SB juga rajin melakukan konsolidasi ke daerah begitu terpilih menjadi Ketua Umum PP PKB-PII. Kepengurusan PKB-PII di tingkat wilayah yang sudah lewat periodenya segera dilakukan penyegaran, agar memiliki semangat baru. Gagasan yang terus digulirkan SB adalah membangun peradaban baru Islam dengan antara lain menggerakkan jaringan perekonomian umat. Wujud kongkret dari gagasan tersebut adalah lahirnya koperasi alumni PII dan PII Mart, mini market yang dikelola alumni PII.

Kegemaran SB bergaul dengan kalangan muda, termasuk di lingkungan alumni PII, tak bisa disangkal membuat generasi muda termotivasi untuk terus berkreasi. Lahirlah kemudian IMSA TV, siaran TV streaming yang dikelola oleh para alumni PII. Melalui IMSA TV, alumni PII mendapat saluran untuk lebih mengaktualisasikan keahlian dan profesionalitasnya agar bisa mendapatkan apresiasi masyarakat.

Ke mana semua gerakan yang dilakukan SB tersebut bermuara, memang tidak mudah untuk memprediksinya. Publik hanya bisa menerka-nerka setelah membaca adanya agenda "Dialog Capres 2014" dalam Rakernas PKB PII yang akan digelar Sabtu (1/3) malam. Dari informasi tentang agenda acara tersebut, yang diundang adalah nama-nama beken penghuni urutan teratas survey capres dan beberapa kandidat lainnya, yaitu Prabowo, Jokowi, Aburizal Bakri, Dahlan Iskan, Yusril Ihza Mahendra dan Anis Matta. Namun konfirmasi terakhir dari panitia, yang bisa hadir adalah Prabowo, Dahlan Iskan dan Anis Matta. Publik mulai bertanya-tanya, apakah agenda tersebut sekadar memberi wawasan politik kepada para alumni PII, atau lebih dari itu? Demikian juga dengan posisi politik SB, hendak menjadi pendukung salah satu dari mereka, atau malah hendak menjadi pasangan salah satu dari mereka? Menarik untuk ditunggu perkembangannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline