Pernah baca novellet Raumanen karya Marianne Katoppo? Sebuah novelet (novel dengan ukuran lebih tipis, awalnya terbit di majalah dalam beberapa seri saja) dengan nama perempuan. Novel terbaik yang memenangkan Hadiah Sastra Asean ini menyajikan cara penceritaan yang unik. Pada setiap babnya diawali dua wacana yang berisi "kata hati" atau curhatan tokoh utamanya. Jika kurang teliti membacanya, tokoh Manen yang disajikan dalam wacana seolah-olah hidup, padahal sebenarnya dia telah meninggal (ini bisa ketahui di akhir-akhir bab, tahu ketika Manen memutuskan bunuh diri). Wacana itu menampilkan curhatan Manen, perasaan Manen, cerita-cerita Manen tentang rumahnya, dan tentu saja tentang Monang (kekasihnya) yang sering berkunjung pada waktu-waktu tertentu. Manen "hidup" dalam wacana itu. Lantas, wacana itu 'flash back" lewat bab-bab dalam novelet, yang memaksa pembacanya menyimpan penasaran terhadap akhir cerita.
Saya ingin membandingkan novelet Raumanen itu dengan cerpen "Cerita Pendek Tentang Sarah" karya Granito Ibrahim. Ada kemiripan. Sama-sama memakai nama perempuan, Raumanen dan Sarah. Sama-sama tokohnya meninggal dalam keadaan mengandung. Sama-sama disajikan dalam bentuk penceritaan yang menampilkan hidupnya tokoh yang sebenarnya sudah meninggal. Ketelitian membacalah yang bisa memastikan jalan cerita sebenarnya. Sebenarnya Granito sudah memberi petunjuk di awal cerpen ini "Sarah percaya bahwa kematian adalah awal dari kehidupan baru." yang diulang di tengah-tengah sebagai tanda pergantian episode. Lebih jelas, ketika Granito memberi cetak tebal pada kalimat, KECELAKAAN BUS ANTAR KOTA, SELURUH PENUMPANG TEWAS.
Saya membaca cerpen ini dengan cara saya menikmati puisi. Kalimat-kalimat yang dibuat Granito mirip dengan larik-larik puisi. Di beberapa tempat ditemukan adanya kalimat-kalimat yang ujungnya berbunyi akhir sama sehingga mirip dengan rima pada puisi. Belum lagi, idiom-idim yang dipakai pun idom-idom yang khas untuk puisi. Bagi saya ini tak heran, beberapa kali saya menikmati puisi-puisi Granito yang bercita rasa Rendra, ada pengaruh kuat Rendra pada puisi-puisi Granito.
Membaca judul karya ini, menurut saya, seperti diajak pada kemenduan makna. Maksud saya, CERITA pendek, ataukah CERITA PENDEK? Apa bedanya? CERITA pendek adalah sebuah cerita atau kisah atau omongan yang PENDEK tidak panjang, jadi bukan genre sastra, hanya catatan, bukti lain tidak ada percakapan di sini. Namun, CERITA PENDEK adalah cerpen sebagaimana kita pahami sebagai genre sastra. Kenapa tidak anggap CERITA PENDEK? Itu lucu, masak seh cerita pendek kok judul cerita pendek juga, semestinya cukup dengan jusul "Tentang Sarah" (ingat ada fim Tentang Dia). Itu ibarat jeruk kok makan jeruk.
Kenapa saya memberi subtitle: Pemujaan terhadap Sarah? Ehem, berkali-kali saya menemukan tulisan Granito yang menyebut-nyebut nama Sarah. Sarah adalah Berhala (dipositifkan saja maknanya) yang menyebabkan semua pikiran dan perasaan Granito tercurah padanya. Upps, maaf saya tidak akan mengkaji cerita pendek ini secara strukturalisme genetis.....
wallahu'alam.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H