Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Fahrudin

Ingin selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya

Cerdas dan Lugas Bermedsos

Diperbarui: 30 Mei 2017   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerdas dan Lugas Bermedsos

===== AHMAD FAHRUDIN =====

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan kiriman buku dari rekan saya. Termasuk salah satu penulisnya Juga—Mustamsikin Khoiri, kandidat Master di IAIN Tulungagung. Buku ini adalah Antologi dari beberapa penulis yang digawangi oleh M. Husnaini. Penulis muda produktif asal lamongan—yang juga menjadi pendiri sekaligus ketua Sahabat Pena Nusantara.

Buku yang berjudul “Medsosku Sayang, Medsosku Malang” terbagi menjadi empat bagian, bagian pertama, Jemari yang menghanyutkan. Kedua, pelintar sekata, rusak seriwayat makna. Bagian ketiga, medsosmu, cermin dirimu. Dan keempat, keteladanan dalam bermedsos.

Buku ini isinya sangat beragam corak dan warna. Karena ditulis oleh berbagai penulis dari latar beragam yang bervariasi. Mulai dari pelajar sekolah, mahasiswa, guru, dosen, kyai, santri, dan juga penulis yang memang sudah mahir. Sehingga isinya kaya akan makna ilmu yang bergizi.

Latar belakang penulisan buku ini berasal dari GEGANA (Gelisah Galau Merana) dari beberapa lapisan masyarakat terhadap medsos (Media Sosial) yang kerap menimbulkan gesekan-gesekan diantara pengguna medsos sendiri, yang diakibatkan dari berita-berita yang tidak benar atau sering disebut dengan hoax. Dan juga akibat penggunaan medsos yang kurang begitu bijak.

Buku ini menyuguhkan berbagai ragam cara bagaimana menggunakan medsos secara bijak dan cerdas. Tidak hanya menggunakan medsos tanpa berpikir akibatnya nanti. Contoh saja penggunaan WA. Ketika menggunakannya untuk membagikan berita yang buruk tanpa proses pengecekan kebenaran terlebih dahulu—dan ternyata beritanya adalah tidak benar, ini akan mengakibatkan dampak yang sangat buruk. Bahkan bisa mencemarkan nama baik.

Sehingga perlu adanya kehati-hatian dalam menulis status dan juga mengomentari status seseorang. Hal ini dipertegas oleh Firsta Tanti Herawati, “... untuk itu kita perlu menjaga kehati-hatian dalam bertutur kata dalam memberikan komentar ataupun pendapat di media sosial”. (h. 8).

Lebih dalam, Adhis Ubaidillah menyatakan, “Orang Indonesia malas membaca tetapi langsung memberikan komentar yang asal-asalan dan tanpa pikir panjang terlebih dahulu. Menurut Ketua Masyarakat Anti Hoax berkembangnya teknologi yang begitu cepat tidak dibarengi dengan budaya kritis.” (h.37).

Saya mengamini pernyataan di atas. Kendati tidak sepenuhnya orang Indonesia seperti itu, masih ada beberapa orang yang sadar dan peduli dengan jalan membaca tulisan terkait, kemudian memberikan tanggapan maupun komentar. Namun, pernyataan tadi mengajarkan kepada kita bersama agar lebih berhati-hati, waspada, dan juga tidak tergesa-gesa terhadap informasi yang belum tentu pasti kebenarannya.

Dekade ini—medsos sudah menjalar menjadi bagian dari kehidupan saja, bayangkan saja, mau tidur yang dilihat HP, bangun tidur HP, dan sepanjang yang saya amati anak sekolah sekarang setingkat SMP ke atas, kemana-mana di tangannya pasti tergenggam sebuah HP. Apalagi kalau tidak medsos yang menjadi perhatian khusus. Ni’matul Khoiriyah menyatakan, “... bila kita perhatikan kondisi dunia saat ini, ada satu item yang masuk dalam kebutuhan primer yaitu online media sosial. Hidup tanpa pulsa dan sinyal bagai pohon tak berakar.”(h. 9).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline