Lihat ke Halaman Asli

Jika Tidak Untung. Tinggalkan!

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sadis dan serem judul diatas, atau dengan kata lain tidak berperasaan. Weleh…

Bisnis adalah bisnis. Titik! Prinsip dasar yang melekat dalam bisnis adalah bagaimana mendapatkan keuntungan dari bisnis yang sedang dijalankan. Jika tidak menguntungkan ya tinggalkan. Kenapa harus ditinggalkan? Semakin lama anda disana maka semakin besar kerugian Anda. Rugi yang paling besar adalah kerugian waktu dan tentu nya anda akan kehilangan uang lebih besar.


Apakah itu artinya tidak sabaran menuai hasil? Baik kawan. Untuk hal ini ada parameter-parameter yang harus dipenuhi. Kedepan saya akan menulis tentang kapan batasan sebuah usaha terus jalan bahkan terkesan kekeh (maksa) dan kapan harus berhenti mendadak dan balik arah.

Jika bisnis semata-mata mendapatkan keuntungan. Maka tidak ada kaitan nya dengan idealisme Anda. Memaksakan kehendak Anda. Yang sangat berkait erat adalah bagaimana usaha Anda men-konversi keuntungan.Apakah pasar membutuhkan Anda?

Berikut tip sederhana memastikan usaha Anda Untung;

1.Lihat pasar. Pertanyaan mendasar seberapa besar pasar membutuhkan produk Anda. Jika produk Anda diburu pasar maka itu sudah menjadi indikator baik. Jangan masuk pasar jika Anda harus bekerja terlalu berat. Karena ada sisi lain yang Anda pikirkan juga misalkan produksi dan promosi. Hemat tenaga. Sekali lagi cari pasar yang siap membeli produk Anda.

2.Hemat tenaga. Dalam komponen sederhana sebuah usaha memiliki 3 komponen penting; sumber (bahan), produksi dan penjualan. Kadang kita berfikir terlalu cepat untuk menghasilkan keuntungan besar. Dengan coba masuk ke tiga lini itu. Padahal tidak sedikit waktu dan biaya yang dikeluarkan. Kurangnya pengalaman akan membuat usaha pada posisi skarat akhirnya lewat.

3.Hindari trial error. Sebagai pemula memasuki bisnis hindari trial error. Karena pastinya banyakan erornya dari pada benernya. Jujur pada diri sendiri, bahwa memang Anda belum terbukti dibidang ini. Masuki dari bidang yang paling Anda kuasai sembari Anda mempelajari komponen lain. Dan secara perlahan Anda bisa mengambil alih komponen lain ketika bidang lain sudah anda kuasai dengan hafal diluar kepala dan pastinya harus menguntungkan.

4.Komponen pendukung. Keputusan anda mengambil satu komponen adalah pilihan terbaik jika akan memulai ini. Siapkan komponen pendukung untuk usaha yang diambil. Misalkan Anda memutuskan menjadi produsen makanan ringan maka komponen pendukuang berupa agen dan reseller yang akan mendistribusikan produk Anda. Tahap awal Jangan masuki dulu penjualan langsung. Lebih baik Anda pikirkan bagimana produk Anda tidak menumpuk digudang. Penjualan langsung ke konsumen membutuhkan jurus sendiri dan tentunya mebutuhkan staff dan tenaga trampil. Dalam tahap ini anda bisa belajar menjual langsung, tapi ingat income tetap dari agen dan reseller.

5.Fokus. Fokus merupakan muara dari kesungguhan Anda dalam menjalankan ini. Baik upaya teknis maupun spiritual. Menurut saya Keterlibatan spiritual juga cukup penting. Deklarasikan upaya anda kepada keluarga terdekat Anda, misalkan orang tua, istri dan Anak-anak Anda. Minta doa dan perlindungan dari Maha Kuasa. Strategi saja tidak cukup. Perlu roket pendorong yang cukup kuat. Ilustrasi berikut menjelaskan bahwa ini harus dilakukan. Pernah tidak ketika anda hendak menyuapkan makanan tiba-tiba makanan itu jatuh dan akhirnya tidak termakan? Jika pernah saya ingin bilang bahwa makanan itu belum rezeki Anda. Padahal semuanya sudah OK. Tinggal dimakan. Begitu juga bisnis. Kita mengira kita sudah menjalankan standar prosedur dengan bener tidak ada ruang untuk salah atau error. Tapi satu yang terlewatkan Tuhan belum Ridho (Mengizinkan)anda mendapatkan itu. Jika Tuhan berkehendak. Gagal, maka Gagallah.

Penjelasan diatas sudah cukup menjelaskan hal-hal penting yang harus Anda ambil. Tinggal bagaimana mengaplikasikan nya. Selamat menjemput keridhoan-Nya. Mudah-mudahan kita selalu diberi keberkahan. Yu sama-sama bilang “Amin”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline