Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Mari Bermain Salju di Gunung Tangkuban Parahu

Diperbarui: 22 Oktober 2024   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gunung bersalju. Sumber: Pixabay.com

Hari ini, tiga ribu tahun setelah revolusi industri, sungai jernih berubah karena polutan mulai mendominasi. Seorang ibu mencuci kain sambil mengempiskan paru-paru sebelah kiri. Udara tak lagi bersih, pemikiran tak lagi suci.

Anak-anak main seluncuran dengan bilah bambu sebagai media, tak perlu kewahana buatan manusia, salju telah tumbuh di antara pohon pisang dan orang-orangan sawah. Riuh sampai senja.

Puncak Jaya telah kehabisan masa, salju berpindah ke tanah Sunda. Mungkin burung Cendrawasih, atau sejenis amoeba menggotong potongan terakhir, sebelum akhirnya, tempat wisata dengan cita rasa Eropa.

Untuk apa? Toh gunung di Papua akan di garong semuanya. Di ambil tembaga dan emas selamanya. Tangkuban Parahu bersalju adalah anugerah, atau menunggu giliran selanjutnya.

Mari bermain salju, sebentar lagi akan di jual dalam potongan karung goni.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline