Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Kata

Diperbarui: 16 Oktober 2024   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Kata perkata meluncur tak beraturan, tenggorokan tercekat pena bermata tajam, meja berserakan, lusinan kertas putih kini penuh coretan.

Hendak mulai dari mana kata pembuka, mata sebagai pemindai telah di butakan keadaan. Hati mengolah kehampaan, isyarat mistik hanya bualan kenyataan.

Kata kemudian berperang, menjadi ranjau bagi segelintir pencari keadilan. Kata bermufakat dengan pemilik gagasan, menyodorkan diri sebagai pembenar, penutup argumen bahwa keadilan hanya polesan kuas pada keramik besar.

Kata kemudian hilang dari peradaban, atau peradaban itu telah dipancung perlahan oleh sekian ribu teori pembicaraan.

Jika dicari, sumber pengolah kata telah mati. Jika di cipta kembali, pengendapan rasa hanya permainan pencitraan komunikasi.

Kata telah lama kehilangan makna

#####

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline