Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Kekasih

Diperbarui: 9 Juni 2024   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay. Com

Aku menjemputmu dengan doa, melapangkan dada, menelan segala pahit begitu saja. Belajar ikhlas, meski di dasar hati terasa kandas. 

Kabar kepulanganmu mengaduk segala isi kepala, mematahkan asa,, meruntuhkan niat mulia hendak menjadikanmu ratu rumah tangga.. 

Sejak bakda subuh aku mematung di dermaga Sundakelapa, menghitung berapa kali lidah ombak meliuk, merayu akar pohon kelapa. Pelajaran berharga bagiku, mencintai bukan berarti berhak memiliki. 

Aku tidak lagi merokok, tidak pantas bagi calon imam rumahtangga meracuni diri, begitu katamu suatu kali. 

Aku tidak lagi memakai baju kotak-kotak, corak yang membuatmu trauma karena merasa di khianati oleh pemimpin dalam pilkada. 

Semua aku lakukan, semua ikhtiar yang mampu aku usahakan, agar engkau tahu bahwa hubungan ini berdasarkan iman dan kecintaan. 

Kini engkau pulang berdua, seorang pria gagah berpenampilan soleh menuntunmu menuruni tangga kapal linta3 samudera. Tanganmu di genggam mesrah, matamu bercahaya, semoga Allah menjadikan hidupmu barokah. 

Kekasih, kata itu akan segera hilang. Cukup desir angin tempatku menuang bimbang. 

#####

Baganbatu, 9 juni 2024 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline