Kita sangat dekat, bahkan terlalu dekat untuk ukuran dua sahabat. Kita saling merasakan, debur di dada lebih dahsyat dari curahan kemarahan dewa laut ketika musim ombak bergulung.
Mata kita berbinar, senyum merekah mewakili keadaan. Kacau-balau kenyataan, ikatan ini membelenggu mencipta kebahagiaan.
Selepas magrib sebelum santap malam, kita duduk berdua dalam keremangan lampu taman. Batin kita bercerita banyak hal, diam kita menggambarkan betapa cinta telah menempa jiwa kita melampaui kesewenang-wenangan perasaan. Cemburu? Curiga? Prasangka? Itu bagian masalalu yang telah usang.
Setiap senja, selama hampir empat puluh tahun kebersamaan, rutinitas memandang anggrek bulan dan Indahnya rembulan adalah ritual sakral yang terus kita langgengkan. Demi apa? Agar kita mensyukuri nikmat Tuhan yang telah kita agungkan, sebentuk cinta yang penuh kerelaan berkorban.
Sesungguhnya kita tidak terlalu banyak memperbincangkan anggrek bulan dan Indahnya rembulan, karena kita terlalu asyik mengecap manis masa silam. Lagi pula, kita telah terlalu lama membiarkan anggrek bulan beserta rembulan iri akan keromantisan kita, atau sesungguhnya mereka takjub membaca hikayat cinta dua anak manusia.
#####
Baganbatu bulan kedua 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H