Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Tanya hati! Maunya Apa Menunda Memaknai Arti

Diperbarui: 9 April 2023   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Setelah berjalan mengitari kenyataan, menemukan bukti bahwa hidup ini adalah siklus pembelajaran,  ada sedih di sekeliling tawa riang, ada tangis ketika haru menyergap kemudian menyerang. Sungguh terlalu naif bila mengartikan hidup adalah pamer kekayaan, menimbun permusuhan, memperbanyak lawan daripada kawan.

Coba tanya hati! apa sih maunya hingga memprofokasi jernih menjadi benci, menyuruh diam menjadi lantam, menjadikan tenang seumpama gelombang.

Pernah engkau tanya hal ini kepada hatimu?

Atau engkau telah melupakan segumpal daging yang  menjadikanmu  memiliki nurani, menimbang rasa tatkalah sedih, menjaga kaki agar melangkah datang dan pergi. Sungguh sebuah ironi jika engkau ternyata membuang hati bersama asap kenalpot kendaraan di jalan besar, melayang bersama udara cemar, menempel di dedaunan, kemudian ketika malam, hati yang seharusnya engkau jaga sebagai amanah penciptaan, di robek, dicakar, di lahap serigala malam bertubuh tinggi besar.

Pantas saja perilakumu semakin jauh dari adab dan sopan kebenran, ternyata engkau tak lebih Zombi bertubuh bersih namun kehilangan hati.

Semakin di pelajari

Semakin di amati

Semakin aku menanamkan ngeri untuk membuang hati, padahal investor luarnegeri telah menawar hatiku seharga tas mahal.

Jual-tidak, jual-tidak. Akhirnya hati ku simpan di dalam kulkas, tidak rusak, hanya beku seperti padamnya kepedulian sosial masa kini.

Aku zombi? Tapi aku masih punya hati.

#####

Baganbatu, april 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline