Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Terlalu Lama Menanti Senja

Diperbarui: 21 Maret 2023   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com


Terlalu lama menanti senja, tak terasa tempat berpijak telah menjadi samudera, di kelilingi rumput kering bukan savana, langit menaungi ternyata bermotif ukiran relief di pelataran candi arjuna.


Aku tergagap, menyaksikan gelap hendak menyergap. Butir hujan yang ku simpan di kelopak mata, jatuh berderai berupa guntingan koran berisi kabar duka cita. Selembar terlewat, senja memutuskan menunda semburat merah sebagai tanda setiakawan.


Bukan maksud hati hendak mematahkan semangat, namun rasa pegal di kaki berpindah menjadi skandal hebat di gedung pemerintahan. Mungkin ini jauh terdengar dari konteks, menyamakan penantian dengan kebosanan, mengharap perubahan ternyata adalah kebingungan akan kenyataan.


Terlalu lama menanti senja, hingga berita di kanal sosial media membunyikan alram kecemasan. Bukan daku yang takut ketinggalan, tapi sekumpulan perempuan dan sejumlah lelaki berjas mahal sibuk menutupi kecurangan.


Jika senja urung datang, itu bukan persoalan besar, karena keadilan telah padam, kebenaran sejati mati dengan mulut menghadap tuan pemegang kekuasaan. Bukankah itu kiamat kecil sebelum aku meneguk manisnya secawan senja di balik gedung di sebuah jalan utama ibu kota negara.

#####

Baganbatu, maret 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline