Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Jendela-Jendela Rumah Kita

Diperbarui: 5 Februari 2023   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi jendela dan nostalgia/ sumber:pixabay.com

Ada sejuta rahasia di sana, ada nuansa gunda, ceria, derita, dibalik kain gorden bermotif segi lima.

Kita biasa tertawa, bercerita betapa indahnya semburat senja menyapa jiwa, menimang memori syahdu tentang dua hati terus dan akan bersama. Alangkah manisnya kenangan itu, di depan jendela kita duduk berdua, memainkan irama lagu nostalgia penuh romansa.

Tapi kita pernah menjerit sekeras-kerasnya, agar segala sesak di dada melesat menembus angkasa, segala tangis menebarkan berita duka kepada dunia. Ini fase tersulit di depan jendela, mengharap ia sebagai penengah perselisihan yang ada, sebagai katalis ampuh menguarkan amarah. Entah kita terlalu perasa, atau kita sesungguhnya terlalu memuja keberadaan jendela sebagai mahkamah.

Dan kini kebenaran itu mulai menemukan muara, bersama rapuhnya kayu mahoni perangka jendela, tertiup angin malam yang menyapa dengan segera. Cat terkelupas diantara tua dan ringkihnya tubuh kita, kain penutup jendela mulai beringkah dengan berkibar tak tentu arah.

Biarlah ini menjadi rahasia kita beriga. Aku, cintamu, jendela yang kayunya mulai rapu dan malu. Jangan biarkan bingkai kayu itu hilang tersapu debu, karena tempat kita mengadu, menceritakan sisi baik dan buruk perjalanan hidup, tak terganti oleh sesuatu yang baru.

Pagi ini, kita bangun lebih awal. Menyapa jendela dengan ramah, membersihkanya dengan campuran air dan bunga mawar, menanyakan apakah ia masih bersedia menjadi pendengar dari segala keluh kesah cinta kita.

#####

Baganbatu, februari 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline