Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Aku dan Perasaan Itu

Diperbarui: 13 November 2022   06:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

  

Aku tak mampu mengendalikan angin, mengajaknya memainkan dayu, menundukan kelebat pergi menjadi seumpama unggahan ingin. Aku tak mampu, bahkan ketika petir dan guntur menawarkan seikat kontrak penuh langit.

Nyaliku hanya sekokoh ilalang kering, bergoyang ketika angin bertamu, merunduk tatkala bunyi gemuruh mencipta halu.

Sungguh payah diriku

Meski kedua tanganku telah bercabang bertumbuh paku, langit langit kepala penuh hiasan peluru kaliber empat puluh, bahkan telapak kaki membantu di keheningan salju. Tak cukup bagiku mencumbu waktu, tak sempat anganku menikahi masa lalu.

Sungguh terpuruknya aku

Maka jangan berharap ada ucapan bijaksana dari lelaki yang selalu membelakangi cahaya, yang menjadikan gelap sebagai tunggangan menuju alam impian. Itulah sesungguhnya watak asliku

Kesepian ketika orang ramai menggunjingkan semburat cahaya senja di lukisan Musthapa Al Karoum, yang hanya terdiam ketika jagat media sosial meramaikan berita tentang lancungnya pejabat penuh angkuh penuh tipu.

Di bagian mana aku di tampilkan

Bukan pada lukisan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline