Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Jangan Tanya

Diperbarui: 6 September 2022   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Telah ku tanyakan keadaanmu kepada angin yang berhembus pelan dan berputar, tapi angin hanya memberi senyuman, kemudian melaju kencang.

Telah ku utarakan maksud dan tujuan, kepada hujan, kepada awan, kepada lelembut sejenis siluman, kepada penunggu gunung dan penjaga lautan. Namun mereka hanya terdiam, mengangguk pelan kemudian meneteskan air mata penuh perasaan.

Ketika banjir bandang menerjang, ketika gempa besar datang mengguncang, ketika kekeringan panjang lebih lama memanggang, para pemangku kebijakan sibuk mencari dalih sebagai pengalih perhatian.

Tanpa jawaban memadai

Tanpa solusi pasti tentang penyebab anomali ini

Rakyat miskin di paksa menyaksikan, penggundulan hutan penyebab erosi, penggalian tambang tanpa pamit kepada hijau daun dan kelangsungan ekologi.

Rakyat menonton pembabatan hutan

Rakyat melihat mobil tambang hilir mudik mengangkut bebatuan

Rakyat merasakan debu mulai merubung pernafasan

Ketika hujan datang, ketika kemarau panjang, ketika orang miskin mencari tempat pengaduan. Angin, hujan,awan, lelembut penguasa dunia kehalusan, menyaksikan sambil mengutuk para pemimpin yang melalaikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline