Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Tangis Diam Perempuan Bergincu Merah Pudar

Diperbarui: 3 September 2022   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Malam ini, Seperti malam kemarin yang penuh pedih. Si hidung belang menjamah tubuh seakan seonggok patung batu. Tanpa perasaan, tiada secuil kasih sayang. Hanya beberapa lembar uang kertas kumal bernilai nominal, pengganti harga diri yang terjual.

Di ruang tiga kali tiga terasa pengap penuh dosa, dinding dan lantai mencitrakan maksiat telah terbuat. Pada almari, pada dipan reot penuh sunyi, pada gorden kumal bekas menyaksikan pergumulan si hina dan tuan mulia.

Nun di luar sana, setiap pandangan menceburkanya ke lembah nestapa. Di anggap perempuan penggoda, di cap perempuan sampah.

Jika menangispun, air mata telah kering sejak malam pertama.

Hendak meratap ia, segala cuaca telah berubah.

Gelap. Tanpa masa depan.

Berharap uluran tangan penuh cinta penuh sayang, tapi angan itu segera padam.

#####

Baganbatu, 3 september 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline