Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Menangisi Hari Penuh Kenangan

Diperbarui: 12 Agustus 2022   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Seketikah luruh semangat hidupku, keberanianku jatuh ketitik beku, tampang garang dengan dada bidang telah kosong dari badai dan amukan topan.

Aku menangis sejadi-jadinya

Aku menjerit sekuat-kuatnya

Aku menyesali telah merobohkan tembok besar bernama perjanjian

Aku melukai hati dan perasaan insan-insan lemah penuh pengharapan

Air mata tak bisa mengembalikan kedamaian

Ratapan sedih bukan solusi menciptakan kesepakatan

Ketika kesadaran berpikir ini datang, telah banyak hak hidup orang lain bergelimpangan, ketidak adilan menjadi kendaraan perang memberangus segala macam kritik dan wejangan.

Peluru pertama merobohkan akal-pikir dan kesetiaan

Peluru kedua, menjatuhkan wibawa martabat kemanusiaan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline