Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Ketika Hati Ingin Menulis tentang Malam

Diperbarui: 30 Juli 2022   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Lembaran malam di gantungan angan, mengajak berdiskusi tentang diam. Menyepi kemudian menyendiri, memeluk gelap sebagai perhiasan, memaknai nyanyi rembulan sebagai pertanda permufakatan, Sekian juta niat dan ambisi terpendam.

Cahaya merunduk padam setengah tiang, bayangan kini bernilaisangat  mahal, kerlip kunang-kunang ternyata hanya tipuan pendar perasaan. Pengharapan yang tetiba pudar, penantian hilang di telan ketidakpastian.

Juangku tak menjangkau jerit hitam sosok pembungkam, kebebasan berpendapat mulai di sortir menyerupai kerlip bintang. Indah dari kejauhan, tak terjangkau tak terengkuh mempelopori perubahan.

Yang mati ketika memperjuangkan, yang rela mempertaruhkan nyawa demi sebuah nilai tentang keadilan. malam ini, terbaring sendiri dalam diam yang panjang. Tak mampu berkata-kata, tak lagi mampu merentangkan tangan merintangi ketidakadilan yang semena-mena.

Malam semakin panjang, perubahan arti menemukan titik bakar. Yang dulu berkata lantang sambil mengepalkan tangan, kini tertidur di meja panjang penuh kue kekuasaan.

#####

Baganbatu, akhir juli 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline