Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Ombak Menepi

Diperbarui: 5 April 2022   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Wahai ombak, dengarkan jawabku atas tanyamu minggu lalu, tatap mataku sejenak, kan kau jumpai seribu berita di kedalaman rasa. Seperti angin yang menebarkan dingin, seperti camar tak henti beredar menanyakan kabar, perasahatan ini bukan tanpa ikatan. Engkau dan aku adalah takdir penciptaan.

Aku mengagumimu, mengitari tujuh samudera dalam satu masa, menerobos badai tanpa henti melambai, menciumi karang tanpa bosan sanggup terekam. Hadirmu dan pergimu, sedihmu dan gembiramu, tak satupun ranting pohon bakau mampu membanding.

Telah beredar jangka masa, menyusuri karang koral aneka rupa, bergelayut manja pada mantra penguasa asa, sendiri atau berasama, gelap atau terang suasana, deburmu mencipta gelombang mengetuk daa, menagih janji atas tanya begitu rupa.

Wahai ombak, menepilah dalam pangkuan semesta, mendengarkan kidung rembulan dari atas sana.

*****

Baganbatu, April 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline