Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Aku, Senja, Cinta yang Ada

Diperbarui: 26 Maret 2022   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Mencintai senja bukanlah nista, aku tahluk dalam buaian semesta, tubuh menggigil oleh cahaya keemasan tercipta, mulut terkunci padahal banyak kata-kata indah di perbendaharaan rasa. Bukan buta seperti cinta remaja, bukan mainan seperti cinta pertama anak ingusan.

Telah banyak surat ku tuliskan, kepada angin ku kirimkan, kepada hujan ku sampaikan pesan, betapa ingin aku menjadi cinta pertamamu. Tanpa ada hati lain bertemu, tanpa nama lain di selubung kalbu.

Tapi senja adalah senjaku yang pantas ku puja, ia hanya diam, tersenyum dari kejauhan. Melambaikan tangan dengan mata berbinar, tak berkata namun sanubari ini mampu merasakan, "oh, inikah jatuh cinta".

Aku akan tetap mencintai senja, karena hingga detik ini ia belum pernah berdusta. Setiap peralihan terang dan gelap, senja datang menghampiriku dengan berdendang. Mengajaku menyusuri keindahan, terbang melayang dalam nikmat kehidupan.

Senja, aku, cinta yang ada. Bukan dongeng semata, bukan legenda para raja, bukan bualan para pemabuk asmara. Ini nyata.

*****

Baganbatu, Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline