Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Mengenang Kesepian Kota Mati

Diperbarui: 24 Maret 2022   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Gedung runtuh mencium rapuh, tercavik kusen kayu oleh debu, melepuh pada sekujur ubin diam membisu. Cat kumal dinding depan, menyembunyikan luka kamar perkamar, menangung beban selasar angan.

Tugu penyambutan berdiri angkuh, rumput ilalang bergerombol mencari kehangatan, menatap tajam setiap sinar membentuk bayangan, berharap titik kecil di kejauhan adalah tamu yang datang.

Pernah ku simpan rinduku di gang kecil sisi utara, setiap pagi dan petang saling bergandengan tangan, menyusuri lorong sempit terbuat dari figura hujan. Lama sekali kenangan indah itu menghilang, seiring banyaknya uban memenuhi rambut kepala.

Jika hari ini aku hadir kembali, akankah serpihan kota mati masih mengenali. Akankah bunga lili kesayangan menyambutku dengan puisi.

*****

Baganbatu, Maret 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline