Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Mengenang Kesepian Kota Mati

Diperbarui: 24 Maret 2022   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung runtuh mencium rapuh, tercavik kusen kayu oleh debu, melepuh pada sekujur ubin diam membisu. Cat kumal dinding depan, menyembunyikan luka kamar perkamar, menangung beban selasar angan.

Tugu penyambutan berdiri angkuh, rumput ilalang bergerombol mencari kehangatan, menatap tajam setiap sinar membentuk bayangan, berharap titik kecil di kejauhan adalah tamu yang datang.

Pernah ku simpan rinduku di gang kecil sisi utara, setiap pagi dan petang saling bergandengan tangan, menyusuri lorong sempit terbuat dari figura hujan. Lama sekali kenangan indah itu menghilang, seiring banyaknya uban memenuhi rambut kepala.

Jika hari ini aku hadir kembali, akankah serpihan kota mati masih mengenali. Akankah bunga lili kesayangan menyambutku dengan puisi.

*****

Baganbatu, Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline