Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Endura

Diperbarui: 14 Maret 2022   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Menuliskan kisahmu seperti menyiramkan cuka pada luka, perih pedih tak terkira, sakit dan kecewa tanpa lagi di barengi genangan air mata.

Endura, matamu menceritakan banyak kisah. Tentang kampung halaman yang tertinggal, ibu-bapak dan orang-orang tersayang yang mesti berjuang demi sesuap makan, atau tentang cerita indah masa depan yang bagai tergantung di antara petir dan topan.

Engkau gadis belia, berbaju motif bunga-bunga yang hampir pudar warna kainya. Menjejakan kaki mungil di tanah seberang, mengais nasip berharap perubahan.

Endura yang malang, perempuan lugu tertipu tangan-tangan kejam. Belum memahami bahwa tidak semua mausia berhati baik seperti tetangganya. Terdampar di warung remang-remang sebagai penggembira.

Jika ada sakit, Endura telah merasakan semuanya. Jika ada perih karena kecewa, Endura telah memeluknya sejak lama.

*****

Baganbatu , Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline