Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Seribu Wajah Manusia

Diperbarui: 13 Maret 2022   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Seribu wajah manusia, hilir-mudik dalam rentang waktu tak terkira. Berjalan cepat menelan rasa rancu, kadang terseok-seok di jalan lapang, terengah-engah padahal jalan menurun penuh pepohonan.

Wajahnya kaku, sorot mata tajam memindai setiap peluang, bicaranya penuh teori bahkan igauan. Otak kiri dan kanan penuh hitung-hitungan nominal.

Semua bilik hati terkunci, serambi nurani di penuhi ambisi untuk memiliki. Mobil mewah, rumah megah, plesiran ke manca negara, semua yang berkilau oleh harta.

Seribu wajah manusia, kadang ragu dan bimbang tujuan semula. Seperti gersang di padang ilalang, mudah terbakar oleh gesekan iri dan dendam. Dalil-dalil agama telah lama terbuang, nasihat-nasihat para bijak hanya hiasan usang.

Kadang merasa tersesat, kadang merasa sendiri di kehidupan. Seribu wajah manusia yang meyimpan lupa dan salah.

*****

Baganbatu, Maret 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline