Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Sisa Perjalanan Malam

Diperbarui: 25 Februari 2022   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Ia berjalan. Tak tergesah bahkan merasa harus terbang. Lewat lorong gelap pemikiran, melompat dari satu paham menuju puncak pencerahan.

Padahal masih gelap. Mata batin mencorong bak suar, mulut bijaksana tak umbar janji apalagi petisi, rela menjadi penonton dalam riuh tak terkendali.

Ia mampu. Melebihi kicau politisi berdasi basi, lebih di atas derajat para pencoleng bermuka bayi. Ironi yang tertahan, kemunafikan tak terjamah zaman.

Berjalan terus berjalan, di liku gelap dengan banyak bayangan tangan hendak menikam, memastikan arah kebenaran dengan pelita kebenaran yang hampir padam.

Hanya tinggal bara kebajikan, di genggam tapi membakar pemikiran, atau lepaskan saja tapi penunjuk arah segera musnah. 

Dalam gelap menggandeng malam, setitik cahaya lebih berharga dari emas permata.

*****

Baganbatu, februari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline