Aku pernah salah menilai lupa, ku sangka ia hendak membunuh ingatan begitu rupa, menyiramkan sianida agar akar pengalaman tak berbuah periksa. Aku sangat salah, bahkan vonis itu terlanjur menjadi peta penuntun arah.
Aku pernah sangat membenci lupa, benci yang berpangkal dan bermuara pada satu keadaan, prasangka. Begitu bencinya, hingga otak kiri dan kanan saling membunuh berebut tahta. Sunggu suatu kecemasan yang sangat memalukan.
Jika ingatan hanya kumpulan kenangan usang, mengapa aku terus mendamba ia akan menjadi teman perjalanan.
Antara ingat dan lupa, di antara malu dan bangga, masa lalu ternyata menyiapkan kasih dan sayang sebagai hadiah. Menyiapkan bekal masa depan, menimbulkan harapan baru tentang keberadaan raga dan jiwa.
Ingatan membuat aku ada hingga aku di lupakan.
*****
Baganbatu, februari
2022Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H