Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Menyempurnakan Rindu

Diperbarui: 2 Oktober 2021   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Di awal pertemuan, jarak Jakarta-Madiun hanya sekedipan mata

Tiada ruang tersisa, kecuali bunga dan berbunga

Kini, ketika musim penghujan hendak berganti, pohon randu menjentikan daunya hingga tak tersisa, tersiksakah hubungan ini melampaui waktu? atau engkau dan aku telah membatu menunggui rindu. Sebuah pengakuan tak wajar, tatkalah kita pernah berjanji dan bersumpah bak orang terpelajar, " jarak dan waktu hanya permainan".

Rasionalitas kita ternyata serapuh kerupuk tersentuh air panas, gagah ketika mengucap sumpah, kemudian menyerah di mangsa gemuruh dada. Inikah tipu muslihat rasa? datang dan pergi seumpama angin malam meniupkan kabar. Porak-poranda pertahanan nalar.

Ternyata rindu lebih cepat dari laju cahaya, menerobos akal sehat hingga sekarat, menumbangkan segala pertimbangan manusia cerdas. Kita harus mengakui, kita telah kalah di belenggu hasrat. Jakarta-Madiun ternyata mengular seribu kali lipat. Dan kita tercecer di antara kota kecil, gubuk reot, hamparan sawah, pom bensin, atau perempatan lampu merah.

Kita belum kalah, hanya jiwa-raga kita menanggung derita.

#######

Baganbatu, awal oktober 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline