Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Bunga Bakung

Diperbarui: 16 Juli 2021   06:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Di genggam erat, membiarkan diam mencabik-cabik seluruh perasaan, hawa dingin menyergap, dengung batin mengalir melewati rintih kemudian berakhir. Meninggalkan segumpal noda, putih gaun kini berbalut kecewa.

Memetik bunga bakung, mengusik sebuah nama yang dulu agung. Pernah menjadikanya setara dewa, pernah berharap sosok itu adalah arjuna dengan panah asmara. Membidik hanya sebuah jiwa, tak hianat meskipun guncangan melanda.

Engkau menyadari rintih kelopak bunga ketika terenggut mimpi? Pedih. Bahkan rasa sakit itu disimpan dalam figura besi bertenun mati. Tak seorangpun mampu memahami, betapa setiap helai mahkota adalah nyawa bagi sang hati.

Bunga bakung kiasan bagi sedih. Sendiri menanggup aib, sepi menahan luka hampir mendidih.

*****

Baganbatu, juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline