Engkau tak berharap terang, menuruni titian sunyi, mencari sejenis ranting pembenci api. Berjalan dengan telapak kaki tertusuk duri, memandang gunungan kabut seakan itu muara mimpi. Sunyi dan sepi.
Pernahkah engkau menangis sejauh ini? Dua puluh delapan jarak umur penderitaan, sejumput surat bertinta putih transparan. Semua menjelmakan angan, bergandengan tangan ketika terang bulan, berlarian sepanjang pantai berpasir putih menyilaukan. Kenangan itu sungguh meruntuhkan.
Dan kini, ketika angin yang engkau puji sebagai sahabat sejati, datang menghampiri dengan segulung kabar dari kekasih. Telingamu tertutup perih, hatimu tak yakin angin masih teman bermain. Engkau benamkan kepala di lamunan pasrah, mengingkari segala berita sebagai ujung propaganda.
"Kekasihmu telah menikah lagi"
*****
Baganbatu, juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H