Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Perempuan Cantik Berkacamata Tissu

Diperbarui: 11 Juni 2021   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Bertumpu pada rumput dan seikat perdu. Malam semakin menjelang, siang hilang tanpa bayangan selamat tinggal. Memenuhi kodrat alam, menangisi segala yang tanggal. 

Langit pecah seiring duka, berserakan tawa menghina. Bianglala tiba-tiba putar arah, berhimpitan, tumpang-tindih dengan gradasi senja. Entah mengapa.

Tangiskah itu? Butir debu menyatu di kelopak matamu. Tetes hujan metafora kehilangan pegangan. Hanya sebentar, lama terasa menghujam perasaan.

Jika ini duka, mengapa berulang hingga malam tiba. Malukah kepada rembulan di puncak menara, irikah nyanyi serangga berdendang kasih dalam gulita.

Mengapa menangis?

*****

Baganbatu, juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline