Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Secangkir Teh Manis Terakhir

Diperbarui: 8 Juni 2021   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Pagiku terasa lebih dingin, denting sendok beradu bibir cangkir, segulung uap panas mengapung bagai mimpi. Aroma teh melati, gula putih dalam takaran pasti, menambah nostalgia ini lebih menyentak hati.

Tangan terampil berhati sejati, senyum dikulum menghias hidung mancung. Tak ada riasan benci, tak ada polesan berat hati. Yang tersaji adalah bukti kasih, teh melati dan kesetiaan tak terganti.

Tapi kini, cangkir kosong tergeletak bengong. Sendok dan gula teronggok di sudut meja, teh melati menangis sedih sambil menghiba. "ke mana wajah ayu yang dulu memanjakanku, mengapa ia pergi ketika pagi pasti hendak datang lagi".

Aku? Tak mampu kutuliskan dalam puisi ini. Kehilangan kekasih adalah pedih yang paling perih.

*****

Baganbatu, juni 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline