Dari sudut kehidupan, jerit itu hanya merambat diam, perlahan bahkan sangat pelan, lamat-lamat pernah kita dengar. Kemudian terlupakan.
Bocah-bocah lugu, usia lima, enam, atau tujuh. Mengais rezeki di sepanjang jalan, memunguti serpihan hina yang disangka masa depan. Siapa peduli hari ini, siapa yang menangisi masa depan tak tersedia lagi.
Kaki berkoreng, mata cekung penuh ketakutan, tawanya hambar tanpa rasa gembira. Sedih tapi tak tahu wujudnya, menderita seakan inilah bagian karma.
Benarkah masa depan hanya milik mereka yang berada? Benarkah keberuntungan bukan milik bocah lugu yang diam membisu.
Tangan siapa sudi mengulurkan pertolongan? Kasih sayang, perhatian, perasaan diperlakukan sebagai manusia penuh kemuliaan.
****
Baganbatu, juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H