Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Lamunan Sulastri

Diperbarui: 2 Juni 2021   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Riuh gending menyeret angin, sepoi-sepoi mencumbui melati dan kenanga, berbisik mesra melenakan kelopak jiwa serasa terbang ke angkasa. Di timang, di ayun, di ombang-ambing antara mimpi dan nyata.

Sulastri menghirup aroma mesra bunga syurga. Matanya yang bening, hidungnya yang lancip, bibir ranum tak henti menguarkan senyum. Rongga dada telah terisi bahagia, jiwa muda menemukan muara yang di damba. Kesetiaan, kerinduan, kesepakatan membagi sebentuk hati dalam ikatan. Pernikahan yang baru dikecap dalam sekejap. Abadi pengharapan.

Sejak kapan angin mengundurkan diri, entah berapa lama cicak-cicak liar mengunci mata dan pendengaran. Jatuh dalam permainan jiwa dan raga, berkecipak tuntunan hasrat menambang bahagia. Malam yang indah, semilir angin tak hendak meruntuhkan yang seharusnya dijaga. Puncak penyerahan tak terkira, pangeran dalam hayal atau nyata telah menjelma. Tetes keringat menambah dahaga, kincir angin berputar melenakan suasana.

*****

Baganbatu, juni 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline