Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Sekuntum Kembang

Diperbarui: 31 Mei 2021   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Sekuntum kembang, tumbuh dan memekar di meja kerja, membentuk sebuah koloni keindahan. Di sela kumpulan puisi, menyelip antara karya fiksi dan novel cinta lintas generasi.

Harumnya memenuhi ingatan, laptop tua bercengkrama kala ku tinggalkan. Ku dengar mereka berceloteh tentang masa depan, kembang menunggu layu sebelum tergantikan, laptop tua berharap cemas menunggu setelah gajian. Akankah dicampakan? Terlupakan bersama datangnya bilangan tanggal.

Sekuntum kembang, akar dan kelopakmu bertumbuh di hatiku. Mungkinkah mencabut sepermilimeter dari nyawaku, kan kemana denyut jantung bertumpu. Aku tak sanggup membayangkan.

Bersama lusinan pensil dan pena, ribuan sobekan kertas penuh coretan tanpa makna. Kan ku jaga laksana sang ratu diatas tahta, mengiringi tumbuh kemudian layu, berharap tetap datang keindahan memenuhi setiap ideku.

*****

Baganbatu, mei 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline