Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Rindu Hampa Ketika Jumpa Berubah Makna

Diperbarui: 30 Mei 2021   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Mengembara, ribuan purnama mengitari setengah dunia, berlari kencang menuruni lembah curam, terengah-engah mendaki gunung Himalaya. Rindu menambah berat derita, bayangan wajah sendu mengubah samudera laksana lautan bara. Ada rona wajahmu dimana-mana, ada tetes airmatamu menenggelamkan kecewa.

Setelah ku taklukan bianglala, setelah ku rayu para penjaga kaki cakrawala, menjadi abdi purnama agar bermurah hati memendekkan masa. Pertemuan engkau dan aku telah di depan mata, aroma melati wangi rambut hitamu telah merasuki rongga dada.  Rindu kan berubah jumpa, jiwa-jiwa ini kan menemukan telaga pembilas dahaga.

Namun apa daya. Ternyata tubuh-tubuh kita terlalu cepat menua, rambut memutih menandakan lamanya rindu mendera, gigi telah tanggal seiring bilangan hari menabur kecewa. Sungguh tak pernah ada dalam mantra asmara, tapi kini nyata menghadang bak benteng menjulang.

"Kang, ini cucu dan tiga cicitku!"

Memilikinya adalah dosa. Ada lelaki yang juga menua di sampingnya.

Ternyata Tuhan telah mempertemukan rindu dengan makna berbeda. 

*****

Baganbatu, mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline