Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Menepilah, Beri Gerak Kemudian Menghilang

Diperbarui: 27 Mei 2021   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Tonggak sejarah di ranah sepi, dingin lebih menggigit, sepoi angin mencekam mencabik batin. Tanpa puja, tanpa tanda mata. Tanpa senyum kekaguman, tiada pandangan meninggikan.

Bukan siapa-siapa. Hanya kabut berbentuk saputangan, mengusap sisa airmata kering tertumpah. Tidak ingin mata lain menyaksikan, jangan sampai bintang-gemintang mencatatkan. Cukup jengkal masa menjadi tanda pembuktian. Hanya sepi, itu pun kini menjadi teman.

Sejak kapan udara kering mengirimkan pesan, menguarkan kabar bahwa derita mulai menjadi raja. Entah rerumputan mulai berprasangka, atau putaran masa menciptakan hoaks atas nama setia.

Menepilah, itu bukan sia-sia. Setidaknya pada tanah kering jejak itu tergambar nyata. Selamanya.

*****

Baganbatu, Mei 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline