Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Ke Mana Hujan Membawa Pergi Engkau dan Mimpi Putih

Diperbarui: 25 Mei 2021   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Mei menangis bersama gerimis, rintik kecil airmata langit mengungkit takdir. Tanah mulai gersang penuh gelombang, debu-debu beterbangan mencari kekasih abadi. Masing-masing jiwa membaca mei dan hujan dengan nada berbeda.

Padahal baru kemarin, aliran anak sungai bernyanyi gembira. Menghanyutkan rasa hingga ujung muara, mencubit mesra batu kali dengan nada gairah. Baru kemarin, hari ini kering-kerontang. Tak tertinggal kecuali kepiting batu, memandang langit dengan harapan hujan segeea tiba.

Haruskah ku cari, jejak tetes hujan di gulungan awan hitam. Agar pesona kekasihku tercium mengisi dada. Atau ku biarkan saja, setidaknya hingga lumut mengering dibalik fatamorgana.

Yakinku kepada hujan dan bulan mei, kekasihku kan kembali sebentar lagi.

*****

Baganbatu, mei 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline