Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Mengenang Senja bersama Hujan di Bulan Mei

Diperbarui: 7 Mei 2021   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Mengenangmu. Seraut wajah duka dengan binar mata hampir tiada. Padam, kelam, seperti senja yang di gelayuti awan hitam. Tak kuasa menceritakan, bahkan sekedar berkata-katapun engkau tak kuasa.

Sebegitu dalam hujan membunuh kemilau penantian, keindahan senja seketika tahluk tanpa isyarat. Semburat merah menagis dalam gundah, kaki-kaki cakrawala bertengadah mengucapkan pinta. "Tuhan, dosa apa yang telah kucipta, sehingga rinduku tergerus awan dan hujan".

Ini Mei. Penanggalan sakral dalam hitungan dukacita. Deret waktu penuh air mata tak berubah. Luka yang tercipta, penghianatan sebagai akhir cerita.

Setiap bulan mei, setiap senja dan hujan datang bersama, selubung duka kembali tercipta. Entah berapa kali meneteskan airmata, entah sudah berapa jauh jejak kecewa.

"Hujan, mengapa datangmu harus bersama senja. Mengapa di bulan mei ini harus menaburkan kenangan lama".

*****

Baganbatu, mei 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline