Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Rinduku dan Rindumu kepada Ramadhan

Diperbarui: 24 April 2021   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Bagaimana rindumu kini? Masihkah berapi-api, atau perlahan mulai padam, mengecil, kemudian lambat-laun mulai memudar. Hilang dibawah semilir angin tak tenang.

Aku masih ingat, kita dulu berteriak paling lantang. "Aku rindu ramadhan, rindu, bahkan sangat rindu".

Ternyata rindu kita bercampur yang palsu, ternyata teriakan kegembiraan di balut ambigu. Setelah sepuluh hari meniti hari, hati kita hanya imitasi.

Mengapa kita masih menyimpan angkuh, padahal ramadhan bak kekasih pujaan lama tak bertemu.

Mengapa ramadhan hanya lukisan seremonial, menyibukan sahur dengan aneka hidangan, merepotkan buka dengan segala panganan. Nilai ramadhan luntur seiring senja yang temaram, tak berbekas tak bersisa meskipun sekedar perbaikan.

Inikah rindu kita? Setelah puluhan kali merindukan kemudian mencampakan ramadhan. Kita kejam pada diri sendiri, menyia-nyiakan kesempatan memperoleh ketaqwaan.

*****

Baganbatu, ramadhan 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline