Perangkap senja. Titik-titik cahaya jingga, menyatu kemudian terpisah, menyapa kemudian segera lupa. Ditikam malam, disandera kelam.
Aku yang menyaksikan, aku yang tergugu merindukan. Senja di antara belantara sumpah, indah tersaput rona merah. Wajahmu di cermin bianglala, senyumu mengguyur puncak pusaran rasa.
Senjamu pernah telak menelikung setia. Hanya itu yang ku punya, hanya bingkai bahagia yang ku pinta.
Di saat senja pertama kali jumpa. Indah, benar-benar indah. Di saat senja pula ikatan ini ternoda. Aku yang meragukan senja, aku yang selalu mewaspadai fatamorgana. Kini tewas di antara keduanya.
Senjaku adalah duka di antara puncak gunung kecewa.
Senjamu mungkin ukiran lara. Engkau hujamkan bersama panorama. Hingga aku tak siaga.
*****
Baganbatu, maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H