Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Sungguh, Aku Membencimu

Diperbarui: 3 Maret 2021   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Sungguh. Aku membencimu. Engkau mengawasi dengan mata tajamu. Memindai seluruh aliran rasa di urat nadi, menghitung dan mengkalkulasi, sebentuk emosi, getar dan denyut sambungan antara cinta dan benci. Antara cemburu dan benih kasih. Itu menyakiti. Tapi engkau tak peduli.

Harus kuakui. Matamu indah bila kuingat dalam mimpi. Bahkan aku hampir gila, kebencianku kepadamu ternyata berujung cinta. Entah ini sebentuk fatamorgana,  atau ini adalah permainan dewi asmara.

Sungguh aku membencimu,  tapi perlahan, sangat perlahan. Pelan-pelan aku jatuh hati kepadamu. Kepada kebencianku kepadamu, kepada ketidaksukaanku kepadamu, kepada antipatiku kepadamu. Aku malu.

Sungguh, aku membencimu.

*****

Baganbatu, maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline