Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Pemimpin dan Keteladanan

Diperbarui: 25 Februari 2021   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Aku pernah jadi pemimpin. Seribu dua ratus kali lupa, tujuh juta enpat ribu sembilan ratus kali berdusta, seratus empat puluh lima kali antara lupa dan tidak sengaja. Ini yang tercatat di buku harianku, entah kalau di buku amal para malaikat. Mungkin berlipat.

Hanya sekali. Hanya sekali kesalahan fatal yang ku ingat. Menyuruh anak shalat, tapi aku malah asyik membuka status di Whatsapp. Sekali yang ku sesali, sekali yang tak bisa terganti.

Percuma beri nasihat, percuma cuap-cuap menyusun kalimat. Di mata anaku, aku pemimpin tidak konsisten! Tajam ke anak, tumpul kediri sendiri.

Ini aku. Pemimpin dari tiga istri, tiga belas anak, dan dua puluh tiga cucu. Keteladaanku hilang dalam satu kesalahan. Perkataan dan perbuatan tak seimbang, jangankan sebangun dan selaras, kata istriku" Abi bukan peminpin yang istiqamah". Selesai sudah.

Pemimpin bukan cuman kejeniusan, pemimpin bukan melulu pintar ambil kebijakan. Pemimpin itu adalah keteladanan.

Ini hanya kisahku. Pemimpin gagal tanpa keteladanan.

*****

Baganbatu, februari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline