Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Perang Kata

Diperbarui: 12 Februari 2021   06:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixy.org

Tanpa dentuman, sunyi tembakan. Sepiring protein dan karbohidrat, logistik pendukung persaingan. Sedikit cemburu, adukan iri hati, bakaran sisa dengki. Hanya butuh pemicu seujung kuku.

Sayat-menyayat ulu hati. Sembelih-menyembelih seribu dalih. Lidah berputar hingga presisi.  Hujam-menghujam meracuni perih. Dahsyat menyetubuhi penghianatan, pelukan hangat meremukan peradaban.

Perang kata, silang sengketa, nalar buta, curiga menghamba. Pada berita mengotori cuaca, menyebabkan pontang-panting cengkerama. Di rumah. Perkantoran. Menukik, melintir, menyambit kolom lini massa.

Tak henti bagai bah menggunduli kebajikan. Setelah tergerus adab kesopanan, setelah tenggelam rasa malu memudar zaman.

Perang kata dalam ribuan peristiwa, yang tercampak dan terhina, yang terluka dan menderita. Bagai hiasan sengketa, penambah nikmat birahi dosa. Aku, engkau. Mereka dan dia. Pion catur dalam gemuruh sengketa, anak wayang permainan dalang kesesatan.

Perang kata. Meredah sejenak ketika kantuk tiba. Berlanjut dalam mimpi rebah, berkecambah ketika denyut jantung tertinggal satu dua.

*****

Baganbatu, februari 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline