Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi: Mata Hati

Diperbarui: 1 Februari 2021   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Beginilah jika tulisan tak menggunakan matahati.

Tak bermakna.

Tak berselera.

Tak bergizi layaknya makanan ruhani, tak bermutu tinggi selayaknya maha karya.

Hanya kumpulan abzad bermuram durja, hanya onggokan peristiwa tak meninggalkan kisah.

Hampa setelah lelah membaca.

Percuma tanpa nilai pengaruh jiwa.

Matahati bagai matahari bagi pena, matahati bak lentera di gelapnya karya. Memberi makna, memberi rasa, mencukupkan kelezatan sebuah karya. Menghadirkan ruh di setiap huruf membentuk kata.

Jangan marah, jangan kecewa. Beginilah puisi ini apa adanya. Tersebab matahatiku tertinggal di antara perjalanan, mungkin terjatuh di belantara hutan kelapa sawit pulau Sumatera, atau tertinggal di salah satu rumahmakan ketika jasadku kekenyangan.

*****

Bangkinang, lupa tanggal lupa bulanya. 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline