Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi : Tujuh Bidadari

Diperbarui: 18 Desember 2020   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Di naungi pelangi, tujuh bidadari memandikan raga, membasuh kemolekan tiada terkira. Memercikan pesona kepada setiap mahluk yang menyaksikan, menjadikan indah segala hayal membuaikan.

Aroma kasturi bercampur pekatnya tarikan rasa, menyingkap indah pada tawa penutup telaga nirwana. Semerbak memberatkan rangsangan gelora, bahkan rajawali perkasa tak mampu menerbanginya.

Seorang perjaka mengendap dalam pusaran gelora,  hasrat memiliki lebih membara dari semburan magma. "Hatiku terpanah. Lamunanku tiba-tiba meraja,  merayu jiwa. Paras jelita menggoda seumpama mawar mekar di asuhan purnama".

Semak dan ilalang teriak mengingatkan, petir dan hujan memalingkan wajah,  khawatir petaka kan segera tiba. Tujuh bidadari hanya makhluk lemah di hadapan  hasrat merangsang jiwa.

Si bungsu harus rela, bersalin rupa menjadi manusia. Sang perjaka merasa jumawa, kecantikan dan kemolekan kini datang menghamba.

****

Baganbatu, desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline