Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Seketika

Diperbarui: 21 Oktober 2020   05:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Seketika. Langit terbelah dalam tujuh warna, memangsa setiap apa yang di naunginya. Tanah tinggi tersungkur lumpuh tumpuanya, samudera bergejolak, perut bumi pula ikut berontak.

Seketika. Matahari dan bintang meluncur hendak menghancurkan, bulan dan planet bekejaran penuh rajam. Tiang-tiang cakrawala patah berkeping-keping, daya tarik bumi menghilang tersapu bimbang.

Seketika. Manusia-manusia telanjang dari pernik duniawi, mondar-mandir dalam kebingungan tak bertepi. Bayi terlunta di tinggal ibunya, sanak saudara tak hirau memikirkan nasip dirinya.

Seketika. Takut menyergap, penyesalan menguat. Rona wajah pucat pasi menanti kepastian, lari tak menyelamatkan, sembunyi tak ada ruang kosong untuk perlindungan.

Seketika. Mungkin hari ini, bahkan detik ini.

*****

Baganbatu,21 oktober 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline